Sunday, May 1, 2011

Guru dan Pengawas Joki Diperiksa

Jalan terbaik tindakan untuk mengambil kadang-kadang tidak jelas sampai Anda telah terdaftar dan dianggap alternatif Anda. Paragraf berikut ini akan membantu petunjuk Anda ke apa yang para ahli pikir signifikan.
BOJONEGORO, KOMPAS.com - Polisi akan memeriksa guru, pengawas, dan orang tua siswa yang digantikan dalam kasus perjokian ujian nasional di SMP PGRI Kedewan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.Menurut Kepala Kepolisian Resor Bojonegoro, Ajun Komisaris Besar Widodo, dalam kasus itu tidak mungkin kepala sekolah bertindak sendirian. Polisi menduga dalam kasus itu ada konspirasi.

Penyidik berusaha mendalami faktor lain denganmerencanakan memanggil enam orang tua siswa SMP PGRI Kedewan yangdiganti dengan joki pada saat Ujian Nasional berlangsung di SMPN 1 Kedewan."Kami inginmengetahui apakah ada keterlibatan orang tua siswa sebab enam siswa yang digantikan kabarnya telah bekerja diJambi,"tutur Widodo, Minggu (1/5/2011).

Meskipun ide perjokian itu atas inisiatif Kepala SMP PGRI Kedewan Myn, polisi melihat ada yang janggal karena tidak mungkin upaya itu tidak diketahui guru lainnya. Oleh karena itulah polisi juga akan meminta keterangan sejumlah guru dan pengawas ujian.Hasil penyidikan menunjukkan praktik perjokian ujian di SMP PGRI Kedewan sudah direncanakan sebelum pelaksanaan ujian.

Berdasarkan haril penyidikan, kartu identitas enam joki sudah dibuat sejak dua minggu sebelum pelaksanaan UN. "Dua minggu sebelum ujian enam joki difoto dan dibuatkan kartu ujian.Kami sedang mendalami perkara itu dan pasti ada konspirasinya,"kata Widodo.

Tujuan polisi memeriksa guru di sekolah, pengawas ujian, dan orang tua yang digantikan sebagai saksi untuk menelusuri keterlibatan sekolah. Dari pemeriksaan sementara ini, menunjukkan inisiatif perjokian itu dari Kepala SMP PGRI Kedewan Myn. Tetapi penyidik tidak yakin kalau Myn melakukan aksi sendiri tanpa keterlibatan pihak lain.

Apakah semuanya masuk akal sejauh ini? Jika tidak, aku yakin bahwa hanya dengan membaca sedikit lebih, semua fakta akan jatuh ke tempatnya.

Kasus perjokian itu terungkap saat enam joki mogok karena imbalan yang dijanjikan Myn belum dibayarkan seluruhnya. Semula setiap joki mendapatkan imbalan Rp 100.000 per hari. Tetapi masing-masing baru menerima Rp 50.000.Akhirnya saat ujian Bahasa Inggris keenam joki mogok tidak mau masuk ruang ujian dan menimbulkan kecurigaan polisi yang turut memantauujian.

Saat ditegur mereka mengakui perbuatannya sebagai peserta ujian pengganti. Enam joki itu masing-masing Dt, Hn, Hb, MP, EY, dan Hd. Mereka menggantikan ahmad Naim, Nustaim, Andi Murdana, Juwanto, Sapto Adi Subagyo, dan Lagiono.

Myn selain sebagai Kepala SMP PGRI Kedewan juga menjadi guru SD Negeri di Kedewan dan akan mengajukan pensiun dini. Penasihat Hukum Myn, Sungkono menyatakan kondisi kesehatan kliennyamenurun setelah ditahan. Selain mengupayakan pensiun dini, pihaknya mengupayakan penangguhan penahanan Myn.

Sementara itu Bupati Bojonegoro, Suyoto akan memberikan penghargaan kepada petugas kepolisian sektor Kedewan yang mengungkap kasus perjokian itu. Petugas tersebutdinilai layak mendapatkan penghargaan karena pengungkapan kasus itu membantu dan mendukung upaya menegakkan kejujuranujian nasional. "Sejak 2008di Bojonegoro adaikrar melaksanaan ujian nasional yang jujur dan bersih melalui Pakta Kejujuran.Kami dukung upaya polisi mengusut kasus ini,"kata Suyoto.

Suyoto sangat menyayangkan adanya oknumyang membuat proses ujian nasional di Bojonegoro tercoreng sehingga memunculkan julukan "Kota Joki". Terungkapnya kecurangan di Bojonegoromenunjukkan tim pengawas sangat teliti dalam menjalankan tugas. Tahun lalu polisi juga mengungkap ditemukannya 18 lembar kertas yangdiduga berisi lembar jawaban di sebuah sekolah di Kecamatan Balen.

 

Bila kata mendapat sekitar tentang perintah Anda fakta
, orang lain yang perlu tahu tentang
akan mulai aktif mencari Anda.

No comments:

Post a Comment