Thursday, June 9, 2011

Rob di Semarang Kian Sulit Diprediksi

Semakin Anda memahami tentang subjek apapun, itu menjadi lebih menarik. Ketika Anda membaca artikel ini Anda akan menemukan bahwa subjek
tentu tidak terkecuali.
SEMARANG, KOMPAS.com "  "Pak, lewat sebelah sana saja. Kalau lewat sini ada lubang," teriak seorang warga kepada pengendara sepeda motor di Jalan Ronggowarsito, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2011) siang.

Ketika pengendara sepeda motor mencoba membelokkan kendaraannya, tiba-tiba dari arah berlawanan melintas mobil boks. Tak pelak air pun mengenai muka pengendara motor yang berboncengan itu. Beruntung mereka tak sampai terjatuh.

"Asem tenan. Percuma nglunthung kathok nek ngene. Teles kabeh," kata sang pengendara motor. Arti ucapannya, "Wah, percuma menggulung celana kalau gini. Basah semua."

Pemandangan seperti itu menjadi pemandangan sehari-hari di kawasan Jalan Ronggowarsito, Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, dan hampir semua kampung di kelurahan Tambakrejo seakan menjadi bagian tak terpisahkan dengan rob.

Menurut Doddy Wicaksono, seorang dokter di Rumah Sakit Pelabuhan Semarang, hampir setiap hari ia terperangkap rob (pasang air laut). Biasanya rob datang sore hari menjelang terbenamnya matahari. Namun, dalam sebulan terakhir ini tak lagi bisa diprediksi.

Sekarang kita telah membahas aspek-aspek
, mari kita kembali kepada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan.

"Saat saya biasa berangkat sekitar jam delapan pagi belum ada genangan. Kalaupun ada paling-paling sekitar 10 sentimeter. Akan tetapi, nanti jam sepuluhan sudah sampai lutut atau bahkan pinggang, atau malah surut," kata Doddy.

Kondisi rob yang semakin tak tertangani itu dan tidak dapat diprediksi datangnya itu tentu saja banyak dikeluhkan warga. Wardoyo, warga Tambakrejo, menyebutkan, dalam dua bulan terakhir aktivitas ekonomi warga menjadi terganggu. "Warga yang menjadi karyawan biasanya terlambat kerja karena membereskan rumah dahulu," katanya.

Pompa air yang terpasang di Jalan Empu Tantular jarang dioperasikan dengan alasan ketiadaan bahan bakar. "Dulu, waktu didatangi Pak Wali Kota, dalam dua jam langsung surut karena dipompa," kata Subiyantoro, seorang pengemudi becak yang biasa mangkal di ujung Jalan Empu Tantular.

Menurut anggota Badan Anggaran DPRD Kota Semarang, Imam Mardjuki, sebenarnya Pemerintah Kota Semarang telah menaikkan anggaran operasional dan pemeliharaan drainase guna menanggulangi rob. Kenaikannya tak tanggung-tanggung, mencapai lima kali lipat dari tahun-tahun anggaran sebelumnya.

"Kalau angkanya saya tidak hapal. Sekitar Rp 10 miliar dalam APBD murni. Hampir Rp 1 miliar sebulan," kata Imam Mardjuki.

Dari Pemerintah Kota Semarang belum ada yang memberikan penjelasan secara resmi mengenai penggunaan anggaran penanggulangan rob tersebut."Sekarang Wali Kota dan sejumlah kepala dinas sedang ke Belanda. Nanti saja kalau sudah pulang ditanyakan," kata Imam Mardjuki.

Tidak ada salahnya untuk baik-informasi yang terakhir pada
. Bandingkan apa yang telah Anda pelajari di sini ke artikel masa depan sehingga Anda dapat tetap waspada terhadap perubahan di bidang
.

No comments:

Post a Comment