Friday, September 9, 2011

Air Mata Perempuan dan Keringat Laki-laki Bercucuran

Artikel menarik alamat beberapa isu kunci tentang
. Pembacaan yang cermat bahan ini bisa membuat perbedaan besar dalam bagaimana Anda berpikir tentang
.
JAKARTA, KOMPAS.com " Pemandangan dengan warna yang sama terlihat di tengah hiruk pikuk ratusan warga yang hilir mudik melintasi Jalan Pasar Ikan dan gang-gang sempit sekitarnya di wilayah Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (9/9/2011) sore. Kaum wanita sambil menggendong atau menggandeng anak-anak berjalan lunglai dengan wajah dipenuhi derai air mata. Sementara itu, kaum pria melintas cepat dengan tubuh penuh keringat karena memikul berbagai jenis barang dan perabot rumah.

Kebakaran hebat baru saja terjadi di wilayah permukiman padat itu. Api dengan cepat menyebar dari satu rumah ke rumah lainnya hingga tinggal berjarak puluhan meter dari Museum Bahari. Warga cuma diberi kesempatan sekian menit untuk mengemasi barang-barang terpenting yang dimiliki.

"Cuma ini, Mas. Satu tas pakaian, dokumen penting, sama laptop anak saya yang kuliah. Itu juga modem dan charger enggak selamat," kata Tarmi (43), warga RT 12 Gang Akuarium, dengan suara pilu. Itulah semua harta yang saat ini dimiliki keluarga yang terdiri atas lima anggota keluarga itu.

Tarmi menuturkan, jika diberi kesempatan lebih panjang, ia bersama suami dan anak-anak hendak menyelamatkan lebih banyak harta miliknya. Sayangnya, waktu begitu sempit. Prioritas pun dijatuhkan pada penyelamatan diri dan anak-anaknya.

Sumber api terhitung dekat tempat tinggal. "Api dari rumah Pak Karno, selisih tiga rumah dari rumah saya," ujar Tarmi.

Jika Anda tidak memiliki detail yang akurat tentang
, maka Anda mungkin membuat pilihan yang buruk pada subjek. Jangan biarkan hal itu terjadi: terus membaca.

Awalnya, ia bersama anak perempuannya mencium bau seperti kabel terbakar. Mereka berupaya mencari tahu sumbernya. Saat keluar rumah, Tarmi kaget karena api telah berkobar tinggi mendekati rumahnya. Wanita asal Solo ini langsung berteriak memberitahukan anggota keluarganya serta keluarga Saiman, kakaknya, dan nenek Rumini yang tinggal seorang diri untuk segera menyelamatkan diri.

Serupa dengannya, Saiman (45) tak berkesempatan menyelamatkan harta milik keluarganya. Hanya sepeda motor dan satu tas pakaian yang bisa diloloskannya.

Lebih apes lagi nasib yang menimpa nenek Rumini (73). Wanita asal Lamongan, Jawa Timur, ini tak henti-hentinya berkeluh kesah dalam bahasa Jawa. Dengan langkah gontai dan berderai air mata, ia menyusuri kawasan di depanMuseum Bahari, Sunda Kelapa. Dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata, ia coba menjelaskan kondisinya kepada Kompas.com.

"Cuma pakaian ini (di badan), ndak ada yang lain," tutur Bu Rum, sapaan Rumini. Hanya dia sendirian yang berada di rumah saat kebakaran terjadi. Ia saat ini sedang menunggui rumah anaknya yang sedang mudik bersama keluarganya ke Lamongan. Dengan usia tua dan waktu yang sempit, tak satu pun milik pribadinya maupun barang-barang anaknya yang bisa diselamatkan dari kobaran api. "Duh Gusti Allah," keluhnya. Namun, ia tetap bersyukur masih diberi kesempatan hidup.

Tak berbeda jauh dengan mereka, Surman pun terlihat putus asa. "Rumah habis, cuma baju ini doang (yang selamat)," ujar Surman sambil tersenyum getir. Tubuhnya tampak basah kuyup oleh keringat bercampur air. Sementara telapak tangannya menyisakan luka dalam. "Tadi ketancep paku dari kusen yang runtuh," terang Surman saat dirawat petugas PMI.

Sarman sempat berupaya menyelamatkan rumahnya dengan membantu petugas pemadam kebakaran. Sayang, upayanya sia-sia karena kobaran api terlalu besar.

Sebagai pengetahuan Anda tentang
terus tumbuh, Anda akan mulai melihat bagaimana
cocok ke dalam skema keseluruhan hal. Mengetahui bagaimana sesuatu berhubungan ke seluruh dunia juga penting.

No comments:

Post a Comment