DUMAI, KOMPAS.com " Harga beras di pasaran Kota Dumai, Riau, semakin melonjak tajam. Sepekan lalu harga beras kualitas tinggi yang dipasok dari Sumatera Barat masih sekitar Rp 9.000 per kilogram. Memasuki pekan ketiga awal tahun ini harga beras terus naik hingga Rp 12.500 per kilogram. Untuk beras jenis yang sama, kenaikan harga diawali sejak akhir Desember 2010 lalu. Dan terus merangkak naik mulai dari kisaran Rp 8.000 per kg hingga Rp 9.000 per kg, pernah juga di posisi harga Rp 10.500 per kg hingga Rp 12.500 per kg. Parahnya lagi, kenaikan beras ini diikuti kenaikan harga sejumlah sembako. Di antaranya, cabai merah, yang pekan lalu dipatok seharga Rp 40.000, pekan ini sudah di posisi Rp 42.000. Bawang merah yang sebelumnya hanya Rp 16.000, sekarang seharga Rp 20.000. "Sama seperti daerah lain, gagal panen yang disebabkan cuaca ekstrem-lah yang mengakibatkan harga beras tinggi," ujar Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Dumai Kamaruddin, kepada Tribun Pekanbaru, setelah mengikuti rapat koordinasi ketahanan pangan di Hotel Comfort Dumai, Jumat (21/1/2011). Now that we've covered those aspects of mobil keluarga ideal terbaik indonesia, let's turn to some of the other factors that need to be considered.
Meskipun cuaca ekstrem menyebabkan kuantitas produksi beras menurun, Kamarudin memastikan bahwa merangkaknya harga bukanlah ditentukan oleh para produsen. Munculnya harga hingga di atas Rp 10.000 per kilogram itu adalah hasil mekanisme pasar, yaitu para distributor dan agen khawatir dengan stok beras yang semakin hilang di pasaran. "Kenaikan beras bukan bersumber dari produsen. Tetapi, distributor dan para agen. Mereka khawatir beras tak lagi ada di pasaran," ujar Kamarudin. Seorang pedagang beras di Pasar Dock, Junaidi, mengiyakan bahwa jatah beras yang diperolehnya untuk berjualan lagi semakin menipis. "Di gudang agen pun jarang ada beras, sementara pembeli sudah beralih ke beras lain yang lebih murah," ujar Junaidi. Ia memastikan tingginya harga beras memengaruhi penjualannya. "Ada beberapa pembeli lebih memilih beras-beras kualitas biasa saja, seperti beras dari Siantar atau Palembang," ujar Junaidi. Harga beras dari Sumatera Utara dipatok hanya seharga Rp 9.000 per kg. Adapun beras asal Palembang harganya hanya Rp 8.100. "Iya, untungnya pasokan beras di pasar tidak hanya dari Sumbar. Di Dumai pun ada beras dari Sumut dan Palembang yang harganya masih di bawah Rp 10.000," ujar Kamarudin. Seorang pembeli malah mengaku tetap mengonsumsi beras kualitas tinggi yang dibanderol Rp 12.000. "Kami pedagang, jadi tak bisa berjualan dengan beras jelek. Kasihan yang makan," ujar Yatmi, yang mengakui memiliki warung nasi. (NNG)
Meskipun cuaca ekstrem menyebabkan kuantitas produksi beras menurun, Kamarudin memastikan bahwa merangkaknya harga bukanlah ditentukan oleh para produsen. Munculnya harga hingga di atas Rp 10.000 per kilogram itu adalah hasil mekanisme pasar, yaitu para distributor dan agen khawatir dengan stok beras yang semakin hilang di pasaran. "Kenaikan beras bukan bersumber dari produsen. Tetapi, distributor dan para agen. Mereka khawatir beras tak lagi ada di pasaran," ujar Kamarudin. Seorang pedagang beras di Pasar Dock, Junaidi, mengiyakan bahwa jatah beras yang diperolehnya untuk berjualan lagi semakin menipis. "Di gudang agen pun jarang ada beras, sementara pembeli sudah beralih ke beras lain yang lebih murah," ujar Junaidi. Ia memastikan tingginya harga beras memengaruhi penjualannya. "Ada beberapa pembeli lebih memilih beras-beras kualitas biasa saja, seperti beras dari Siantar atau Palembang," ujar Junaidi. Harga beras dari Sumatera Utara dipatok hanya seharga Rp 9.000 per kg. Adapun beras asal Palembang harganya hanya Rp 8.100. "Iya, untungnya pasokan beras di pasar tidak hanya dari Sumbar. Di Dumai pun ada beras dari Sumut dan Palembang yang harganya masih di bawah Rp 10.000," ujar Kamarudin. Seorang pembeli malah mengaku tetap mengonsumsi beras kualitas tinggi yang dibanderol Rp 12.000. "Kami pedagang, jadi tak bisa berjualan dengan beras jelek. Kasihan yang makan," ujar Yatmi, yang mengakui memiliki warung nasi. (NNG)
No comments:
Post a Comment